Saturday, November 1, 2008

I LOVE THIS GAME! (AND SMANDEL, OF COURSE)

Syahrizal Affandi*

Angkatan 1992



Saya belajar di SMAN 8 Jakarta tahun 1989-1992, dengan pengalaman di lapangan basket sebagai salah satu pengalaman yang paling bermakna. Saya dan tim basket Smandel berbangga hati karena kami mampu menumbangkan raksasa-raksasa basket SMA di Jakarta saat itu seperti SMA 3, SMA 70, atau SMA PSKD yang sedang berjaya.

Turnamen antar sekolah begitu ramai, baik frekuensi pertandingan atau jumlah penonton, sehingga kami bisa mengikuti dua turnamen d alam waktu bersamaan. Bagi saya ini membanggakan karena citra Smandel sebelumnya yang hampir selalu diidentikkan sebagai sekolah yang ‘belajar melulu’ dan ‘culun’.

Mau bukti? Di awal era 90-an itu tawuran sekolah hampir tiap hari terjadi di seluruh pelosok Jakarta . Satu ketika kami harus pergi bertanding di GOR Bulungan, Jakarta Selatan. Di terminal Blok M kami dihadang oleh segerombolan murid dari SMA lain. Mereka berteriak lantang sambil petantang-petenteng , “Anak mana lu?”. Dengan beringas mereka mendekati kami, mungkin mau menantang berkelahi. Tapi begitu melihat nama lokasi di seragam kami, ajaib, mereka membatalkan niat dan ngeloyor pergi sambil mengejek. “Ah, anak 8 yang culun. Pergi aja deh lu!”.

Mungkin mereka berpikir “nggak level” kalau harus berkelahi dengan anak-anak Smandel. Itulah sedikit citra Smandel saat itu (atau jangan-jangan sampai sekarang?). Namun itulah yang membuat tim basket Smandel terlecut untuk membuktikan bahwa kita juga punya “otot” untuk berprestasi, bukan cuma punya “otak”.

Ini terjadi dalam satu kejuaraan penting antar SMA yang diadakan oleh RCTI. Di semi final Smandel berhadapan dengan favorit juara, SMA 3 Jakarta. Saat itu Stadion Hall B Senayan dipenuhi supporter SMA 3. Hampir semua kursi diduduki anak-anak SMA 3 kecuali satu sudut kecil yang hanya berisi … 10 orang anak Smandel! Bisa dibayangkan bagaimana besarnya tekanan yang kami rasakan.

Pertandingan berjalan tak seimbang. Dari menit ke menit kami selalu tertinggal dalam perolehan angka. Namun kami berusaha agar terus mendekati, agar tidak ketinggalan jauh dalam pengumpulan poin. Akhirnya sampailah pada 10 detik terakhir di mana Smandel tertinggal 1 poin, namun sayangnya bola ada di tangan lawan. Satu saja tembakan mereka yang berhasil akan membuat seluruh upaya kami sia-sia. Saya yakin seluruh anggota tim Smandel dan penonton saat itu sudah membayangkan kami akan pulang dengan wajah lunglai.

Satu tembakan jarak dekat dilayangkan oleh seorang penyerang lawan. Habislah Smandel! Oops, luput, tembakan itu gagal menjadi poin! Muntahan bola menuju ke arah saya seperti diantarkan langsung oleh Dewi Fortuna. Saya berlari kencang sekali, bertarung melawan detik-detik yang hampir habis.

Saya sudah tak mendengar lagi teriakan penonton, kecuali menatap lekat ke arah ring basket yang masih cukup jauh di depan mata. Saya melayang mendekati ring, melepaskan bola, dan masuk! Stadion langsung terdiam, kecuali oleh jerit 10 orang penonton dari Smandel itu. Sebuah sejarah tercipta: SMA 3 sang favorit juara ditaklukkan oleh SMA ‘culun’ yang pekerjaan muridnya cuma ‘belajar melulu’.

Kemenangan sensasional di semi final ini menjadi tambahan motivasi yang luar biasa bagi kami sehingga terbawa ke pertandingan final, di mana Smandel akhirnya menjadi juara 1 RCTI Cup setelah menekuk SMA 70, yang saat itu lebih dijagokan. Seluruh anggota tim berpelukan dengan Pak Ugi, guru olah raga yang juga menjadi pelatih kami. Kami menangis terharu, antara percaya dan tidak percaya bahwa hal ini bisa terjadi: Smandel bisa jadi juara basket!

Dampak kekalahan SMA 3 di semi final ternyata fatal. Saya mendengar bahwa tim basket mereka tidak diperkenankan sekolahnya untuk bertanding selama 6 bulan. Mungkin mereka diharuskan menjalani penggodokan luar biasa untuk tidak mengalami peristiwa ‘memalukan’ seperti itu lagi. Tapi lagi-lagi nasib berkata lain.

Setelah 6 bulan berlalu, uniknya tim SMA 3 dan tim Smandel bertemu kembali dalam satu penyisihan turnamen. Karena Smandel sudah masuk unggulan, sedangkan SMA 3 tidak, maka kedua SMA bertemu di awal pool. Kali ini terbukti, kemenangan Smandel setengah tahun sebelumnya bukan sekadar kebetulan karena kami kembali bisa memenangi pertarungan ketat dengan 2 poin.

Karena prestasi tim basket Smandel, upacara bendera pada setiap Senin yang biasanya didominasi dengan majunya anak-anak bidang sains untuk tampil ke depan lapangan karena kemenangan mereka di berbagai kejuaraan, mulai mengalami sedikit variasi. Tim basket Smandel mulai sering dipanggil untuk maju di depan peserta upacara oleh kepala sekolah Pak Nurdin Amir. Bagi saya ini sangat membahagiakan.

Namun sedihnya, prestasi ini nyaris tak terulang lagi. Yang saya dengar, sampai angkatan sekarang belum pernah lagi tim basket Smandel mampu menyamai prestasi tim tahun-tahun awal 90-an itu. Mungkinkah akibat perhatian dan dukungan sekolah tidak lagi didapat tim basket seperti dulu?

Saya sering iri melihat sekolah-sekolah bagus di luar negeri maupun sekolah internasional di sini menyiapkan sarana dan prasarana olahraga yang sangat bagus bagi siswanya. Juga bagaimana para siswa diberi persyaratan nilai akademis minimal jika ingin terus bergabung dengan tim olahraga di sekolahnya.

Saya pribadi telah merasakan manfaatnya hingga saya bekerja sekarang. Selain menorehkan prestasi di lapangan basket, saya juga mendapat beasiswa hingga mendapat gelar MM-UI, dan keluasan networking dengan para pelaku bisnis besar. Kadangkala ketika bertemu dengan pihak lain untuk urusan bisnis, topik basket menjadi ice breaker pembicaraan.

Pada kesempatan Ulang Tahu Emas Smandel (1958-2008) ini, saya mendorong Smandel untuk memberikan tempat dan dukungan yang setara bagi kawan-kawan yang aktif di bidang olahraga, seperti halnya dukungan berlimpah yang diberikan kepada kawan-kawan yang bergerak di bidang sains.

Saya ingin seluruh warga Smandel, terutama para pelajar yang masih menimba ilmu saat ini, bisa sama bangganya ketika berkata: “I love this game. And I love Smandel, too.”



* Syahrizal ‘Jali’ Affandi setelah lulus dari Smandel menjadi pemain profesional Liga Basket Indonesia

No comments: