Saturday, April 17, 2010

Kursi Beroda

fromfanny
dateMon, Apr 12, 2010 at 8:10 AM
d'O... b'untung bangeeeud euy dikau bisa hadir di acara b'sjarah spt ini loch.... b'temu dg org2 yg b'jasa buat kita.... 'Pahlawan tanpa tanda Jasa...'. wuich mpe mrinding bacanya.

Tq buat bagi2 critanya ya.....

Acara ngopi ditunggu realisasinya.... .

Salam
Fpat

Friday, April 16, 2010

Behind the Scene: 9 Kepala Sekolah Pendahulu

Akmal N Basral'86

hehehe... chormen, thanks udah reposting ini, bikin gue senyam-senyum lagi karena inget waktu gue usulin foto bareng seluruh mantan kepsek (yang masih hidup) sebagai salah satu isi buku 50 tahun smandel, endang (gue manggilnya doy) dan bayu awalnya bingung. doy malah membelalakkan mata indahnya. "what? foto bareng? foto satu-satu aja moy, nggak mungkinlah barengan, alamatnya juga banyak yang sulit dilacak, kalaupun ketemu usia mereka udah pada sepuh, apa mungkin bisa pada foto bareng?"

tapi gue keukeuh, foto bareng ini mesti ada, karena kalau nggak, apa istimewanya nyiapin buku 50 tahun, kalau semua cuma kompilasi penggalan cerita seperti buku tahunan? "ya udah, foto-foto lama mereka aja yang kita kolase dan desain di satu frame ya moy," tawar doy.

"gue maunya foto baru, dan mesti foto bareng semua. kita undang aja mereka semua ke smandel dan kita sulap salah satu ruangan smandel jadi studio foto," ujar gue. vini yang jadi editor foto buku akhirnya ngerti maksud gue, "bener juga mbak endang, kalau kita nggak punya foto eksklusif yang baru buat buku ini, nanti kesannya cuma kayak kliping aja," katanya mulai bersemangat.


akhirnya dibentuk 'tim satgas anti-kliping' yang terdiri dari gue, vini, reri, dan gustav gultom '81, temen seangkatan chormen yang kepala tata usaha smandel. berkat bantuan gustav yang menyediakan alamat, dan update alamat kalau alamat sebelumnya di database smandel keliru, akhirnya semua alamat dan no. kontak mantan kepsek berhasil didapat. kudos buat bagian ini harus disampaikan buat reri wulandari ('92) yang ngelobi para mantan kepsek satu persatu dengan tekun, dan hebatnya ... mereka pada semangat mau dateng!

akhirnya 3 hari menjelang awal puasa ramadhan tahun 2008, yang dimanfaatkan sebagai momentum silaturahim menjelang masuk bulan puasa, satu persatu para mantan nakhoda smandel itu berdatangan, termasuk kedatangan mantan kepsek tertua pak soejono (kepsek ke-4) yang saat itu umurnya sudah 80 tahun, dan jalan harus dipapah anaknya. Subhanallah! dan ternyata juga banyak diantara para kepsek itu yang belum kenal satu sama lain (biasanya mereka hanya kenal kepsek sebelum dan sesudah mereka saja), sehingga momen itu jadi peristiwa tersendiri buat mereka.

di luar anggota inti tim buku, para alumni yang luar biasa pontang-panting "melayani" kepentingan para mantan kepsek yang sudah sepuh itu, seingat gue, adalah dino '91, atan '81 dan mbak tuty '62 yang jadi ketua panpel reuni. tapi kerja paling hebat hari itu ditunjukkan chormen yang cekatan banget udah kayak show director. thanks, 'hib! beneran terharu gue ngeliat repotnya nyusun flow acara dengan para peserta sepuh yang pada nggak bisa berdiri tegak lebih dari 10 menit (kecuali pak broto yang tetap tegap), tapi alhamdulillah semua berjalan lancar berkat komando chormen dengan bantuan dino dan reri/vini.

dan ketika foto-foto itu hasilnya bagus, eksklusif, buat gue itu salah satu kepuasan luar biasa dalam ngerjain buku smandel ini. apalagi ketika dalam finalisasi buku menjelang terbit, muncul lagi banyak masalah, yang alhamdulillah bisa diatasi dengan kiprah luar biasa didot di bidang redaksi dan doy serta neng rini di bidang produksi (selain tentu saja bayu sang fotografer dan kican desainer). again, thanks again om chormen, buat turun tangan dan kerja dahsyat ente pada saat pemotretan yang riuh rendah itu.

biaya bikin peristiwa foto itu mungkin nggak seberapa, tapi peristiwa berkumpulnya para mantan kepsek sendiri: priceless!

Monday, November 16, 2009

Tak ada Rumus Terlambat

Semalam Reri mengirim pesan singkat kepadaku untuk hadir pada saat photo session yang paling istimewa, foto bersama semua Kepala Sekolah kita untuk ditampilkan di dalam buku 50 tahun Smandel. Sms yang tanpa embel-embel harus memakai batik. “Udah Om nggak apa-apa, aku juga nggak pake batik kok”, kata Vini menghibur.

Jujur aku tidak mengenali wanita Kepala Sekolah berkebaya merah yang datang pertama ke lokasi photo session di sekolah. “Yang baru datang ini siapa?”.
“Yang ini bu Panges yang dulu ngajar matematik Om”.
Pantas saja aku lupa karena seumur-umur belum pernah diajar oleh ibu Pangestuti.


Mohammad David (Indonesia) wrote at 22:09 on 22 September 2008
Om Omen,
Kepsek dijemput ya? cm mo cek n ricek nih.. Pak Nurdin di Pol Tangan (Pasarminggu), Bu Panges di Haji Ten IV, masih gak ya?
Reri Wulandari (Indonesia) wrote at 22:51 on 22 September 2008
Om/Mas.... waktu acara itu, mantan kepsek yang datang ada yang dijemput dan ada yang datang sendiri (tergantung request mereka sich....)
Utk alamat : Pak Nurdin bukan di Pol Tangan lagi, tapi kalo bu Panges bener masih disana...
Mohammad David (Indonesia) wrote at 23:21 on 22 September 2008
ow ok.. thanks ya


Akmal menemani ibu Pangestuti mengisi biodata dan kesan beliau selama menjabat Kepala Sekolah, kelihatannya mereka akrab sekali, “Bu Panges dulu wali kelas gue bos”, pantas saja mereka akrab. Terkadang Akmal berbicara sambil berbisik, entah bertanya tentang matematika atau meminta maaf.

Femina Nindiyana wrote at 10:01 on 05 October 2008
Oh itu ada Bu Panges...yang membuat dirikyu always mengkeret kalo inget matematik dulu. Abis beliau demen banget nyuruh kita maju ke depan,
ngerjain soal2, hiiiiii...

Thia Lutfi (Indonesia) wrote at 12:55 on 09 October 2008
buu panges..............buuu panges........gw selalu inget math nihhh....ancuuurrr booo!!!
Chormen Omen wrote at 16:43 on 09 October 2008
Gue enggak kok!
Nggak pernah diajar bu Panges soalnya
Thia Lutfi (Indonesia) wrote at 22:44 on 09 October 2008
ooohh eloe yang math nya sama mak wok ya....??? sapa ya nama aslinya tuh guru gw ampe lupa!!!
Chormen Omen wrote
at 16:58 on 10 October 2008
Mak uwok ya ibu Siti Hanifah
Gue punya ceritanya kapan-kapn gue posting di lintassmandel, ikutankah?
Thia Lutfi (Indonesia) wrote at 17:02 on 10 October 2008
hee..hee thanks, gw bener2 lupa...........masih ada kan bu hanifah???
M Fajar Syahwali (Indonesia) wrote at 00:19 on 24 October 2008
eh udah pada sepuh ya Bu Panges apalagi Pak Nurdin... Ya, pastilah udah 16 tahun lalu lulus SMA :D


Ibu ini serius sekali ketika mendengarkan penjelasan tentang rencana pembuatan buku sambil bertopang dagu segala, heeem .... hebat juga murid-muridku ini, begitu mungkin yang beliau pikirkan.

Sebelum pengambilan foto dan taping kesan dan pesan ada acara potong tumpeng, potongan pertama harus diberikan kepada siapa? Mbak Tuti bingung. “Aku harus kasih siapa ya? Ayo dong kasih saran”.
“Kasih aja ke bu Panges”, kataku dengan satu alasan (lihat http://buku50tahun.blogspot.com/2009/11/9-kepala-sekolah-pendahulu.html )

M Fajar Syahwali (Indonesia) wrote at 23:07 on 09 November 2008
Kalo Bu Panges mah gak usah ditanya... selalu rajin titip tas biar gak dapet duduk paling belakang, daripada maju sambil gemeter?? Belon lagi diliatin kalo lagi senam pagi... musti goyang beneran...
Chormen Omen wrote at 05:09 on 10 November 2008
Waktu halal bi halal SMANDEL bu Panges paling hot nanyain buku 50 tahun SMANDEL
Tulisan lo oks banget tentang basketnya smandel.
Reri Wulandari (Indonesia) wrote at 10:18 on 10 November 2008
Woi kebalik mas... yang nulis basket bukan dia,,,,, WUHAHAHAHAA,,, ketahuan dech faktor u*** mempengaruhi daya ingat!!!
Peace ya mas.......
M Fajar Syahwali (Indonesia) wrote
at 12:25 on 10 November 2008
ha ha ha.... gak kebayang gue ikutan tim basket... Mungkin jadi maskot aja ya, pantesnya...


Ibu Pangestuti memiliki kesan yang mendalam saat membawa Smandel menjadi juara olimpiade matematika ketika diwawancarai, yang membuat Smandel dicap sebagai jagoan matematika.

Mungkin itulah yang menyebabkan anak-anak kami lebih suka belajar matematika denganku ketimbang dengan mamanya. Kakak, panggilan anak sulung kami, pernah berujar kepada adiknya yang semula enggan belajar bersamaku, “Kamu kalau belajar matematik sama mama ulangannya dapet 8, tapi kalau belajar sama papa dapet 10”. Bukan karena aku lebih pandai dari istriku, mungkin karena cap Smandel jagoan matematika itulah penyebabnya.

Selesai taping dan photo session ibu Pangestuti mohon pamit, jadilah beliau Kepala Sekolah yang pulang pertama. Rasanya di buku cetak dan catatan matematika ibu Pangestuti tidak ada rumus terlambat, buktinya beliau datang tepat waktu dan pulangpun tak mau telat.

Sunday, November 15, 2009

9 Kepala Sekolah Pendahulu

Lobby lantai 1 SMA Negeri 8 disulap Bayu jadi studio foto. Dua ruangan lainnya menjadi ruangan pertemuan dan jamuan makan siang, Hasahatan yang juga tuan rumah mengaturnya. Nur yang belum mandi menjadi komandan konsumsi, bolak-balik membawa makanan termasuk tumpeng kuning, untuk minuman buah naga campur jeli nan lucu mbak Toety penanggung jawabnya.

Usaha Reri dan Vini mengundang para Kepala Sekolah berbuah manis, satu persatu berdatangan, bu Pangestuti paling duluan yang disambut Akmal dengan todongan formulir isian, jangan khawatir semua Kepala Sekolah 9 orang dapat bagian. Ada yang saling bertanya “Bapak yang diisi apa?”, eh masa mengisi riwayat hidup aja nyontek, Kepala Sekolah lagi!
Si murid jail bilang “Bapak, ibu selesai nggak selesai dikumpulkan!”, kapan lagi ngerjain Kepala Sekolah. Bagus nggak lagi makan “Bapak, ibu makannya selesai nggak selesai dikumpulkan!”.

Seremonial sambutan dimulai oleh mbak Toety dari galatua yang agak canggung menghadapi Kepala Sekolah Songo walaupun ada yang usianya lebih muda.
Endang, kapitan timbuku-smandel, memberikan penjelasan perihal buku 50 tahun SMANDEL, akhirnya jadi juga, bagus kan! Timbuku gitu loh! Tim yang kecil tapi solid, yang punya motto sedikit bicara banyak ngerumpi dan ngemil.

Akmal, menjelaskan bahwa selesai makan siang para Kepala Sekolah diminta mengikuti sesi pengambilan foto yang dilanjutkan dengan taping penyampaian kesan dan pesan yang akan ditayangkan di Reuni Emas SMANDEL. Judul reuninya ide siapa ...... coba?

Nur datang lagi memberikan pengumuman bahwa dia sudah mandi, tapi kok mandi nggak mandi sama aja penampakannya.

Pak Kurdi memimpin kami memanjatkan doa untuk mendiang Kepala Sekolah dan guru tercinta, doa yang tulus dari kami semua.

Sementara Rini yang biasa terlambat datang membawa pasukan taping, begitu melihat bulu mata di bajuku, dia bilang “Ada yang kangen tuh!”, diambilnya dengan ujung telunjuk, didekatkan ke mulutnya, ditiup, “Jauh....! Artinya bukan gue yang kangen”, gaya canda jaman SMA masih hafal di luar kepala.

Didot datang cuma untuk nyetor muka dan makan siang, ada meeting katanya. Ada meeting apa takut disuruh nyuci piring sih sebenarnya?

Acara pemotongan tumpeng sempat membingungkan, potongan pertama harus dikasihkan ke siapa? Sembilan-sembilannya Kepala Sekolah, kalau begitu diberikan kepada yang paling dekat dengan alumni, bu Pangestuti, mbak Toety mengikuti saran kami.
Kok bu Pangestuti? Ya iyalah, gimana nggak deket dengan alumni, beliau berdiri persis disampingnya.


Reri Wulandari (Indonesia) wrote at 17:15 on 02 January 2009
Eh, diantara Pak Broto sama Pak Sugiarto ada Kepala Sekolah pendahulu Darwis Triadi... hihihiiii.... Pinter banget mbak Vini cari posisi!!
Vini Zafriana (Universitas Padjadjaran) wrote at 18:05 on 02 January 2009
urusan cari posisi...hhmmm...saya memang jagonya...hwahaha...smua posisi dah dicobain...hwahahaha...
Ciput Putrawidjaja (Indonesia) wrote at 08:43 on 03 January 2009
Gw yg mana ya Oom? :D Kepsek gw ga ada, ya iya lah Pak Kurdi pan udah Almarhum :(
Reri Wulandari (Indonesia) wrote at 08:50 on 03 January 2009
Hush!!.. Mas Ciput... Pak Kurdi masih sehat walafiat. Beliau ada di foto ini. Sebelah Pak Suhaman itu Pak Kurdi (yang pake peci)...
Atha Martha wrote at 09:27 on 03 January 2009
bang Chormen, yg pak Nurdin yg mana ya? udah lupa bngt nih..Dino dulu kepala sekolah kita Pak Nurdin kan?
Reri Wulandari (Indonesia) wrote at 09:37 on 03 January 2009
Pak Nurdin yang berjangut.. yg pake batik hitam putih...
Ciput Putrawidjaja (Indonesia) wrote at 10:21 on 03 January 2009
Ups.. lha wkt itu kok kabarnya blio .... maaf kalo gitu, berarti insya Allah umur panjang blio, meski semasa tugasnya paling nyebelin sejagad! :)) Sampai kita demo 2 kali! :)) Sampai OSIS dibubarin paksa! :))
Eh blio tuh yg berpeci duduk apa berdiri? Asli gw udah ngga ngenalin wajahnya soalnya.
Reri Wulandari (Indonesia) wrote at 10:34 on 03 January 2009
Hihihiiiiiii.... mungkin karena fotonya disini kecil jadi gak terlalu keliatan jelas muka beliau-beliau. Kalo di buku 50th SMANDEL bakalan ada foto yang gede dan jelas!!. Jadi.....................................

Peristiwa paling bersejarah terjadi, 9 Kepala Sekolah berfoto bersama, jujur tidak semua saling mengenal, maklum rentang jabatan mereka kan terlalu lebar.

Masa kita jadi saksi sejarah doang, jadi dong pelaku sejarah! Ikut foto bersama beliau semua, Bayu aja ikutan difoto, hasilnya bagus lagi. Kami jadi curiga yang photografer Bayu apa keneknya ya? Kok setiap foto yang ada Bayu jadinya lebih bagus!.

Satu persatu tamu kehormatan memberikan pesan dan kesannya selama menjabat, sayang tidak dapat disaksikan di Reuni Emas SMANDEL. Apa? Nggak datang? Kasihan ..... deh loh!. Tunggu deh tuh 50 tahun lagi!
Kesan beliau ada yang panjang, panjaaaaaang bahkan panjaaaaaaaang banget, tapi tidak seorangpun berani memotong, bukan apa-apa, tapi takut kualat nantinya.

Pak Nurdin bercerita bahwa untuk peresmian mesjid sekolah terbaik di Jakarta seorang orang tua murid bernama *** (sengaja disamarkan), berhasil meminta gubernur untuk meresmikan. Reri si anak ABRI yang berdiri dibelakang bersama Vini bilang “Eh, itu mah yang diomongin babe gue!”.


M Fajar Syahwali (Indonesia) wrote at 23:07 on 09 November 2008
Mudah2an bisa ketemu beliau2 itu... Sama pak Nurdin pernah dimarahin gara2 minta tanda tangan padahal dia belon makan siang abis shalat Jumat...


Acara pamitan tak terelakkan, pak Nurdin saat bersalaman denganku menanyakan nama, supaya kalau bertemu lagi bisa ditegur, nah loh salahku apa ya kok kalau bertemu dapat tegoran.
“Chormen (baca: Kormen) pak!” kataku dengan ramah, sopan dan tidak sombong.
“Kamu itu pejabat kalau begitu! Di Sudin kamu orang nomor dua, Kormin itu ....... Koordinator Administrasi”

Saturday, December 27, 2008

Laskar Timbuktu di Dapur Sunda

26/12/08 malam bu de telpon bilang kalau dummy sudah sebagian besar selesai, “kita koreksi bareng yuk biar kompak” ajakku, ya udah biar Reri yang mengatur.

27/12/08 Jam 11 sms tiba dari bu de yang sudah datang di Dapur Sunda Hanggar, pilihan Didot, sementara aku baru pulang membakar lemak 450 Kcal di mesin Climb Max 150 favoritku. Ketika tiba sudah menunggu c, ~a~, omian, dan si sekjen selain bu de tentunya. Vini dan Didot menyusul kemudian Urip diakhir acara turut bergabung, ada juga yang berhalangan.
Kami melihat dummy buku 50 tahun yang memerlukan penyempurnaan sebelum naik cetak, foto dariku melengkapi cerita the living legend, pak Oher. “Udah meninggal ya?” Urip bertanya, padahal beliau masih sehat dan segar karena dulu sering makan sajen.

Senang menjadi salah satu orang pertama yang melihat calon buku sejarah, apalagi kami pelakunya. Sang dummy dalam dalam format pdf masuk ke dalam laptopku untuk dikoreksi, isinya sangat bervariasi dan mewakili seluruh angkatan.

Aku terkejut ketika melihat tulisan di halaman 125, gong buatan Akmal mantep banget, foto yang belum pernah kulihat terpampang disana, saat trekking ke air terjun gunung Pancar hasil jepretan Vini, “Pas dengan tulisannya” kata Reri. “Foto yang paling bagus” kata Kican atas penuturan Vini, tapi ngomong jangan di depan orangnya ya nanti GR itu pesannya kepada Kican.

Soal makan, cerita lain, aku satu meja lesehan bersama Vini dan Reri yang belum sarapan, “maklum anak kost” Vini berujar. Penduduk meja ini yang makannya paling banyak 1 gurame goreng bertiga yang lain berlima, Urip belum datang, ayam panggang, kangkung, toge, masih kurang? Pesanan dari meja tetangga berpindah berupa, keredok, empal, bahkan gurame goreng di depan bu de siap menjadi incaran “Mas, guramenya dong” yang ini suara Reri, entar dong kalau Endang sudah cuci tangan. Tak lama kemudian bu de cuci tangan tanda gurame siap berpindah tangan.

Paling enak makan ikan dekat Vini, dia paling suka makan siripnya, jadi dia makan siripnya kita yang makan dagingnya.

Kejutan muncul saat bon makanan tiba, satu juta lebih?, nggak salah? Setelah cek & ricek akhirnya 560 ribu termasuk diskon dan pajak, rupanya ada beberapa pesanan yang dihitung berkali-kali. Jadi harus teliti atau mungkin temennya omian, anak Smandel 80 yang juga makan, yang masukan bon kesini. Tulisan barusan jangan dibuat serius nanti bisa satu angkatan menggulung lengan.

Ya begitulah tim yang kompak kalau lagi makan, tapi kalau giliran kerja teriak ampun-ampun deh.

Cukup banyak tulisan yang salah cetak, foto yang kurang tepat penempatannya, kesalahan kecil namun cukup mengganggu, jadi bersabar ya .........., sambil kami tak lupa mengucapkan “Selamat Tahun Baru 1430 H dan 2009 M”

Tuesday, November 11, 2008

Menyemai angin menuai badai

Dihapus untuk sementara

Jedung ....... jedung .......... jedung

Namanya juga anak SMANDEL yang nggak bisa ngeliat kamera nganggur, waktu photo session peminatnya buanyuak buangeut, beberapa hari setelah selesai acara ada yang ngirim sms kalau angkatannya punya 6 pasang pasutri, nggak jelas cuma laporan atau minta difoto, ada juga yang telpon bilang kalau si penelpon punya anak kembar di SMANDEL, nanya boleh nggak motret sendiri terus dikirim untuk dimasukkan ke Buku 50 tahun SMANDEL, dengan sangat menyesal permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi.

Waktu gue jalan melewati lapangan upacara saat photo session gue lihat ada kamera di lantai 2, nggak jelas tustel atau CCTV, waktu gue bergaya Rini dateng ikutan bergaya, nggak berhenti sampai disitu Reri yang melihat nggak mau ketinggalan diapun berlari jedung ..... jedung ... jedung ........... dan bumipun bergetar jadilah foto bertiga.

Lagi enak-enaknya bergaya bertiga, bumi bergetar lagi jedung ..... jedung ...... jedung ....... ternyata Bowie berlari ikutan bergabung, berempat sudah dan tiba-tiba berlima tanpa tanda-tanda bumi bergetar ternyata Akmal bergabung dengan menerapkan ilmu kung fu, larinya jinkang yang terjemahan bebasnya jinjit sambil ngangkang.


Dari buku muka alias facebook:

Bowie "ini beda angkaan semua lho...., Akmal 86, Reri 92, Chormen 81, gue 87, Rini 84.. hebat ya smandel united"

Rini Mulyawati "... just in time!"

Crista yang melihat tapi nggak bisa bergabung hanya berkomentar di facebook "huh... gue lagi megangin 2 printilan, pada foto2 deh..."

Akhirnya keluarlah ide untuk foto bersama membentuk formasi 50, melambangkan usia setengah abad sekolah tercinta, mau lihat fotonya yang bagus itu, datang aja ke Reuni Emas SMANDEL sekalian beli bukunya yang dicetak terbatas.

Salam jedung, jedung, jedung