Saturday, December 27, 2008

Laskar Timbuktu di Dapur Sunda

26/12/08 malam bu de telpon bilang kalau dummy sudah sebagian besar selesai, “kita koreksi bareng yuk biar kompak” ajakku, ya udah biar Reri yang mengatur.

27/12/08 Jam 11 sms tiba dari bu de yang sudah datang di Dapur Sunda Hanggar, pilihan Didot, sementara aku baru pulang membakar lemak 450 Kcal di mesin Climb Max 150 favoritku. Ketika tiba sudah menunggu c, ~a~, omian, dan si sekjen selain bu de tentunya. Vini dan Didot menyusul kemudian Urip diakhir acara turut bergabung, ada juga yang berhalangan.
Kami melihat dummy buku 50 tahun yang memerlukan penyempurnaan sebelum naik cetak, foto dariku melengkapi cerita the living legend, pak Oher. “Udah meninggal ya?” Urip bertanya, padahal beliau masih sehat dan segar karena dulu sering makan sajen.

Senang menjadi salah satu orang pertama yang melihat calon buku sejarah, apalagi kami pelakunya. Sang dummy dalam dalam format pdf masuk ke dalam laptopku untuk dikoreksi, isinya sangat bervariasi dan mewakili seluruh angkatan.

Aku terkejut ketika melihat tulisan di halaman 125, gong buatan Akmal mantep banget, foto yang belum pernah kulihat terpampang disana, saat trekking ke air terjun gunung Pancar hasil jepretan Vini, “Pas dengan tulisannya” kata Reri. “Foto yang paling bagus” kata Kican atas penuturan Vini, tapi ngomong jangan di depan orangnya ya nanti GR itu pesannya kepada Kican.

Soal makan, cerita lain, aku satu meja lesehan bersama Vini dan Reri yang belum sarapan, “maklum anak kost” Vini berujar. Penduduk meja ini yang makannya paling banyak 1 gurame goreng bertiga yang lain berlima, Urip belum datang, ayam panggang, kangkung, toge, masih kurang? Pesanan dari meja tetangga berpindah berupa, keredok, empal, bahkan gurame goreng di depan bu de siap menjadi incaran “Mas, guramenya dong” yang ini suara Reri, entar dong kalau Endang sudah cuci tangan. Tak lama kemudian bu de cuci tangan tanda gurame siap berpindah tangan.

Paling enak makan ikan dekat Vini, dia paling suka makan siripnya, jadi dia makan siripnya kita yang makan dagingnya.

Kejutan muncul saat bon makanan tiba, satu juta lebih?, nggak salah? Setelah cek & ricek akhirnya 560 ribu termasuk diskon dan pajak, rupanya ada beberapa pesanan yang dihitung berkali-kali. Jadi harus teliti atau mungkin temennya omian, anak Smandel 80 yang juga makan, yang masukan bon kesini. Tulisan barusan jangan dibuat serius nanti bisa satu angkatan menggulung lengan.

Ya begitulah tim yang kompak kalau lagi makan, tapi kalau giliran kerja teriak ampun-ampun deh.

Cukup banyak tulisan yang salah cetak, foto yang kurang tepat penempatannya, kesalahan kecil namun cukup mengganggu, jadi bersabar ya .........., sambil kami tak lupa mengucapkan “Selamat Tahun Baru 1430 H dan 2009 M”